PDM Kota Surakarta - Persyarikatan Muhammadiyah

 PDM Kota Surakarta
.: Home > Sejarah

Homepage

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah Kota Surakarta


KELAHIRAN MUHAMMADIYAH CABANG

KOTA SURAKARTA

Oleh : Muhammad Amir

Pada abad ke sembilan belas ( 19 ) Masehi seluruh dunia Islam hampir tidak ada yang merdeka. Apabila setelah kejatuhan khalifah Turki Usmani yang berporos dengan Jerman pada perang dunia pertama 1914 – 1918 ke khalifahan dibubarkan oleh barat diganti dengan Republik, Presidennya Mustafa Kamal ATTATURK. Ajaran mujadid (reformer) seperti Taqiyudin, Ibnu Qoyim, Ibnu Taimiyah, Jamaludin Al Afghoni, Muhammad Abduh dan Rosyid Ridho, kumandangnya telah sampai Indonesia yaitu ajaran PURITAN (Pemurnian) Al Qur’an dan Sunnah.

Semangat Jamaludin yang membangkitkan Pan Islamisme memberi inspirasi kepada Haji Umar Said Tjokro Aminoto mendirikan Syarikat Islam yang bergerak pada bidang Politik, sedang Muhammad Abduh yang telah merasakan dipenjara bersama Jamaludin memilih jalan masyarakat untuk perjuangan dengan beralasan.

Agama Islam itu dikotori oleh perbuatan orang Islam sendiri (berupa syirik, bid’ah, khurafat, taqlid dan tahayul).


H.A. Dahlan memilih seperti yang dipilih Muhammad Abduh dan Rasyid Ridho.

 

Pada abad ke 19 hampir seluruh bangsa Asia Afrika dikuasai orang eropa, sehingga banyak orang yang berpendapat orang eropa tidak bisa dikalahkan. Tetapi pada tahun 1905 Jenderal Togo dari Jepang dapat mengalahkan angkatan laut Rusia di Simonoski Mansyuria (sekarang Korea) direbut Jepang. Bukti bangsa eropa dapat dikalahkan bangsa asia. Bangsa Asia sadar, maka di Indonesia bangkitlah organisasi kebangsaan.

Muhammadiyah didirikan pada hari Tarwiyah 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 Nopember 1912 M oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Maka tidak aneh jika KH.A. Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah pada tahun 1912 juga anggota Budi Utomo yang Nasionalis dan Syarikat Islam. Bangsa Indonesia menyadari bahwa perjuangan melawan orang barat sejak 1825 tertawannya Diponegoro, dengan senjata tajam tidak mampu melawan Belanda. Karena itu keris, tombak, panah di ampuhkan, di pusakakan, artinya disimpan ganti mempergunakan alat Pergerakan Modern yaitu Organisasi.

Pada awal abad 20 umat Islam di Solo pun bangkit diantaranya dipelopori H. Misbah di Kauman yang mendirikan pengajian di Keprabon, Kampung Sewu dan lain – lain. Tetapi setelah pengaruh Syarikat Islam yang Politis. H. Misbah meninggalkan pengajian. Syarikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan H. Samanhudi juga lebur dalam Syarikat Islam.

Syarikat Islam di infiltrasi Syarikat Rakyat yang komunis. Pecahlah SI menjadi SI merah yang komunis dan SI putih tetap menjadi Partai Islam. H. Misbah, H. Dasuki Sastro Wijono dari Keprabon ditawan Belanda pada perang Mualimin tahun 1926 dibuang ke Digul Papua dan H. Misbah wafat disana. H. Abdul Jalil Al Muqodasi dan H. Mawardi lari ke Mekah dan wafat disana.

Muso dan Tan Malaka lari ke Rusia. Pengajian dilanjutkan dipimpin Kyai Muhtar Bukhori dari Kauman (rumahnya sekarang ditempati Bp/Ibu Faizun Sya’bani) dengan nama SATV (akronim sifat Nabi : Sidiq, Amanah, Tabligh, Fathonah) yang pada tahun 1923 menjadi Muhammadiyah Cabang Solo.

Pada tahun 1938 saya khitan di PKU Batangan, selatan perempatan Sangkrah (sekarang jadi pasar Beteng). Kantor Muhammadiyah dirumah Bp. Sontohartono Keprabon Tengah, disitu ada kantor PERSIS (Persatuan Sepak Bola Indonesia Surakarta) dan PS HW ada langgar (konon dulu tempat gamelan) ruang rapat, darusan dan lain – lain.

Sekretaris Muhammadiyah Bp. Hadi Sunarto, tinggal disitu. Tahun 1940 saya lulus StandardSchool (SD 5 tahun) Muhammadiyah Punggawan (gedungnya sekarang milik Bp. Imam Masngudi untuk Hotel Kaloka)


Tokoh – tokoh Muhammadiyah yang saya tahu dan saya kenal    :

1.

KH. Muh. Edris, sebagai Ketua Muhammadiyah yang beralamat di Keprabon, pengusaha Batik. Anak-anaknya : Makmun Haitami pendiri Suara Merdeka, Ma’ruf pegawai Pabrik Gula, Ma’sum pengusaha batik.

KH. Muh. Edris pada jaman Jepang menjadi Komandan Batalion PETA (Pembela Tanah Air) pangkat Daidanco di Wonogiri (setingkat Mayor), Jaman Revolusi 1945 komandan Laskar Sabilillah. Tahun 1953 Ketua GKBI (Gabungan Koperasi Batik Indonesia) di Jakarta

2.

 

Hadi Sunarto, sebagai Sekretaris Muhammadiyah yang beralamat di Keprabon, kantor Muhammadiyah di Sontohartanan, pekerja full timer Muhammadiyah. Anak-anaknya : Cuk Sunarso, Sunaryanto, Won Sunaryono dan Sunaryani.
Jaman Revolusi; Barisan Banteng pimpinan Dr. Muwardi dan Mulyadi Joyo Martono

3.

H. Abu Thoyib, sebagai Bendahara Muhammadiyah yang beralamat di Kusumoyudan, Kampung Baru, pekerjaan Pengusaha Batik, tidak berputra, hanya anak angkat; Muzayanah A. Bakri, Anjariyah Asdi Narju (Sekretaris PP Muhammadiyah), Mariyah Fatchut

4.

Joyo Sukarto, ganti nama Siswo Wijoyo yang beralamat di Gendengan, Timuran. Beliau sebagai Kepala Sekolah, guru Volks School Muhammadiyah Kauman. Tahun 1950 pindah Jakarta.

l Birri (Kapten Rudjito), Nurul Mahmudati Aziz Markuni, wakaf-wakafnya ; SD Muh. 1 Ketelan, Musholla Keprabon
 

5.

KH. Muh. Amir Thohar yang beralamat diGading dan Jayengan. Beliau seorang guru agama HIS Mangkunegaran, Mubaligh Intelek menguasai Bahasa Arab dan Belanda

Pernah menjabat sebagai Ketua Bagian Diniyah Tarjih. Menantu dari HA Syukur (Banjar), orang terkaya di Jayengan. Anak-anak ; Maulidah Wasthon Hamid kakak Dasron Hamid (Jogja), Fitriyah Santoso, menantu dari Padmonegoro, istri Mucrik Sangidu.

Tahun 1950 menjabat Kepala Jawatan Agama di Solo, Kepala Koordinator Jawatan Agama Surakarta.

6.

 

H. Asnawi Hadisiswoyo beralamat di Joyodiningratan, Mubaligh sederhana dan sistematis, wafat di Jakarta. Setelah pulang dari Jepang mencetak Al Qur’an Muhammadiyah, pekerjaan :

 

a.  Guru Agama HIK (Holland Inland Kweekscholl = SGA) di Kleco (Korem)

 

b.  Penulis di Majalah Adil. Novel ; Solo Peteng, Kyai Sambang Dalan

c.  Tahun 1946 Kepala Jawatan Agama Surakarta

 

d.  Pegawai Tinggi Departemen Agama tahun 1950 Jakarta

 

Anak-anak : Maratun, Fathonah, Maratun istri Jumiko (Hizbullah)

7.

H. Marsam yang beralamat di Grogolan, pekerjaan ; Pegawai Kantor Pos Solo, tidak berputra

8.

H. Syamsul Ma’arif bin Dasuki, Bagian Tarjih beralamat Keprabon Solo, tidak berputra

9.

Surono Wiroharjono (HW), pekerjaan ; Wartawan, Hoofd Redaktur Mingguan Adil dan Al Fatah yang beralamat Kartopuran Solo. Anak-anak ; Fajar Nugroho, Faruq Nugroho, Firdaus Nugroho. Majalah Adil adalah berdasar Keputusan Muktamar Muhammadiyah di Makassar.

10.

Mulyadi Joyomartono, Konsul (Koordinator) Muhammadiyah Karesidenan Surakarta. Alamat Kartotiyasan, pekerjaan ; Pegawai Kantor Pos Solo, Penyiar Solosche Radio Inrichting (SRI) milik Keraton Kasunanan, Menteri Kemakmuran 1955, Menteri Kesra 1960, rumah ; Kartotiyasan Kratonan

Perjuangan :

a.  Mubaligh Populer

b.  Jaman Jepang berjuang untuk Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA)

c.  Daidancho PETA (Pembela Tanah Air), Daidancho/ Komandan PETA di Solo

Tahun 1945 bersama dr. Muwardi mendirikan Barisan Banteng (Kantor Utara Stadion Sriwedari) bekas rumah HA Nong Cik bin Jaelani > tahun 1956 dibeli Depag untuk Mahkamah Islam Tinggi > PGA II > MAN II.

d.  Anaknya 12 antara lain : Mulyoto Dirut BI, Mulyani istri Brigjend Raharjo, Kauman

 

11.

Muhammadiyah mengajak orang-orang kaya asal Tegal Gendu (Kota Gede Yogyakarta) menjadi pengurus, antara lain :

a.  H.M. Darsin menjadi Bendahara Muhammadiyah Cabang Surakarta tahun 1930 Rumahnya disebelah timur Toko Ong timur perempatan pasar Pon Solo, kurang lebih tahun 1952, diwakafkan kepada Muhammadiyah untuk Kantor dan kegiatan. Anaknya : Suherman, Ny. Muhtasom

b.  H. Anwar Shodiq menjadi Bendahara PKU bagian Yatim di Kandangsapi pada zaman Subiso. Rumahnya disebelah timur foto Wie Tjin Carikan / Slompretan Jl. Rajiman dan Kepunton. Anaknya : A. Jalal, A. Jalal, SH, Jufainah.

c.   M.Ng. Syamsul Hadi sebelah barat proliman Balapan. Anaknya : Kamarulhadi, Sirojudilhadi

d.  H. Siroj pasar legi. Anaknya : Suratman, Suratminah, Suratno

e.  H. Prawiro Wiyadi Timuran, Bendahara FKIP Muhammadiyah. Anaknya : H. Muhtasom

f.    Prawiro Suharto, Kemlayan

g.  Mulyosubroto, sebelah barat perempatan Pasar Pon, kini ASDI

 

 

Tahun 1940 amal usaha yang saya ketahui pendidikan, pengajaran, sekolah-sekolah  :

 

1.

Hollan Inlandschool Muhammadiyah (HIS Sekolah Rakyat berbahasa Belanda, 7 tahun) Mangku negaran, Ketelan, Kepala Dwijosukarto > SD Muh. 1

2.

Standard School Muhammadiyah, Sekolah Rakyat 5 tahun, Punggawan, Kepala Darmocahyono

3.

Volkschool Muhammadiyah (5 Tahun) = SR = SD

a.  Kauman, Kepala : Siswowijoyo

b.  Kampung Sewu

c.  Sampangan, Kepala : Siswosudarmo, sekarang untuk PKU

d.  Pasar Kliwon / Kedunglumbu , SD Muh. Pasar Kliwon

Pinjam Dermawan, kurang lebih tahun 1965 diminta oleh Waris, dipindah menggabung Mualimin Sangkrah

4.

Schakel School Muhammadiyah di Ketelan, Kepala : Jumairi, sebelah barat Masjid Mangkunegaran

Schakel School Muhammadiyah Ngadisuryan, Kepala : Sukiman

Schakel : setelah SD 5 tahun + 2 tahun untuk masuk MULO (SMP), sebelah barat Lojigandrung

5.

Bustanul Athfal Keprabon = TK

6.

CVO (Cursus Volks Onderweys) Sekolah guru C (lulus SD 5 tahun + 1 Tahun kursus jadi guru) di Kauman, Winongan, sekarang SD NDM

7.

HIK (Holland Inland Kweekschool) calon guru HIS di Kleco (sekarang Korem)

8.

Diniyah

a.  Kampung Sewu masuk sore

b.  Telukan             masuk sore

c.   Sampangan       masuk sore

d.  Pasar Kliwon     masuk sore

e.  Wustho Mualimin di Sampangan, Kepala : H. Suyuti, masuk sore, pagi untuk SD Muh.

f.    Mualimin Muhammadiyah di Sangkrah > Baron > pindah ke Kleco karena HIK bubar tahun 1942 (Jepang), Kepala : Ali Abdul Wahab, masuk pagi

g.  Mualimat di Pengulon, Kauman, Kepala : Ali Abdul Wahab, masuk pagi

9.

NAS (Nasyiatul Aisyiyah School) diutara Masjid Besar (dulu rumah Abdillah Muslih  > Rohmah Adnan) Kepala sekolah Umi Jaroh

10.

Kop School : Sekolah Kepandaian Putri di muka Lab. Prodia, bengkel Militer Volkschool Muhammadiyah, Kauman bertempat di Winongan (sekarang SD NDM) sebagian dirumah H. Dasuki (sekarang Gunawan, sebagian disebelah barat langgar Winongan)

Catatan  : Saya masuk Madrasah Mualimin Muhammadiyah tahun 1940 kelas 1 di Baron yang ada kelas I, II, III, IV, V dan VI. Kelas VI merupakan Mubalighin.

Tahun 1942 Mualimin pindah ke Kleco bekas HIK karena sekolah tersebut bubar.

Tahun 1943 pindah ke Mesen (SMP Negeri 8/sekarang jadi ruko) karena gedung HIK dipakai militer Jepang. Gedung Sekolah, Rumah Guru dan Asrama Pelajar harus dikosongkan

Tahun 1944 pindah lagi ke jalan Tembaga, Lojiwetan (sekarang SMEA)

Tahun 1946 semua siswa angkat senjata

Tahun 1947 disuruh pindah lagi ke simpon (dulu Handel School), oleh alm Ustadz Harus bersama Ibu Ruhani Warsono diubah namanya jadi SGM dicampur putra – putrid (Sekolah Guru Muhammadiyah)

Selama Pendudukan Jepang tahun 1942 – 1945

Pengurus Muhammadiyah :

KH. Muh. Edris, Hadi Sunarto, H. Abu Thoyib, Mulyadi Joyo Martono, Hadisiswoyo, Siswowijoyo, Marsam. Sekolah – sekolah umum semua diambil Pemerintah Jepang kecuali HIS yang hidup dengan nama SR Muhammadiyah (SD Muhammadiyah 1) serta Madrasah, Mualimin dan Mualimat

 

Tahun 1945 Hampir semua tokoh – tokoh Muhammadiyah terjun membela Negara

Kyai Edris membentuk Barisan Sabilillah dengan H.A. Bakri bermarkas dimuka YPAC (kantor Kesehatan) > Solo Grand Mall

Mulyadi Joyomartono bersama dr. Muwardi (mati terbunuh lawan politik) membentuk “Barisan Banteng” bermarkas di Lor Stadion, sekarang MAN II, turut dalam barisan ini Surono Wiroharjono dan Hadi Sunarto

Pemuda pemuda Muhammadiyah banyak tergabung pada “Barisan Hizbullah” yang bermarkas di Sie Dhion Hoo, sekarang gedung lowo, kidul prapatan Brengosan, Purwosari.

Tidak ada yang masuk Barisan Kyai yang dipimpin KH. Abdul Karim Tasyrif, KH Ma’ruf, Kyai Martowikoro dan lain – lain.

Pada waktu itu di Solo banyak dibentuk lasykar – lasykar, antara lain : Hizbullah, Sabilillah, Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia) yang sebelumnya bernama AMI (Angkatan Muda Indonesia), BPRI (Barisan Pemberontak Indonesia), TP (Tentara Pelajar Indonesia), Lasykar Kere, Barisan Banteng, Lasykar Minyak, Lasywil (Lasykar Wanita).

Kantor Muhammadiyah dipindah dari Sontohartanan ke rumah Bp. Ngadenan Dasuki Jl. Ronggowarsito 26 Keprabon, full timer Bp. Sugiman, ayah M. Sehat yang tinggal di Musholla dan Sudarto Tanurencono di Kalilarangan.


|<<< 1 2 >>>|

Berita

Agenda

Pengumuman

Link Website